Monday, August 13, 2012

Tarian Khas Desa Sutopati


Tari Lengger

Awal Tari Lengger dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga. Pada waktu itu ada Kayu Gondang yang terhanyut di sebuah sungai di Semarang. Lalu kayu tersebut dibuat topeng untuk menutupi mukanya. Tujuan Sunan Kalijaga menutup mukanya ialah Beliau ingin menari demi menghimpun rakyat di seluruh Jawa agar masuk ke agama islam dan mau meramaikan masjid Demak pada waktu itu. Sunan Kalijaga menutupi mukanya karena takut dimarahi ayahnya. Apabila ayah Sunan Kalijaga mengetahui Sunan Kalijaga menari, maka dia akan terkena hukuman dari ayahnya. Hal ini karena ayah Sunan Kalijaga juga tergolong ulama yang aktif menyebarkan agama islam. Topeng yang dibuat oleh Sunan Kalijaga bernama Topeng Tembem. Akibat dari peristiwa tersebut ada nyanyian lagu dengan lirik “Gondang Keli Semarangan Rama…, Ayo padha persatuan…”. Lirik ini memmiliki arti bahwa seluruh rakyat di tanah Jawa disuruh bersatu dan guyub rukun. Setelah topeng Sunan Kalijaga dibuka, ternyata sosok di belakang topeng tersebut adalah Sunan Kalijaga.
Orang-orang yang melihat kejadian itu terkejut dan secara spontan orang-orang “sembah sungkem” kepada Kanjeng Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mengajak orang-orang yang melihat dirinya menari secara sepontan juga mengajak mereka untuk masuk ke serambi masjid Demak pada waktu itu. Tari Lengger pada mulanya merupakan sarana Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam.  “Lengger” sendiri memiliki arti “Elinga Ngger” atau “Ingatlah Nak”. Sehingga tarian ini dimaksudkan agar orang-orang selalu ingat kepada Tuhan yang telah memberi kenikmatan kepada umat manusia. Gerakan dan gamelan saling bersesuaian dengan iringan lagu-lagu Jawa langgam Campusari.  Sehingga kalaborasinya sangat pas dan indah dilihat.


Tari Bangun Desa

Pada jaman dulu Belanda menjajah Indonesia. Pada waktu itu memberikan dampak yang sangat luar biasa pada kehidupan desa. Orang-orang desa hidup miskin dan serba kekurangan. Akan tetapi mereka memiliki kelebihan semangat untuk membangun desanya kembali. Pertanian mereka dikerjakan kembali bagi mereka yang berprofesi sebagai petani. Hal ini karena orang Jawa memiliki prinsip “Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe”. Tari ini menceritakan masyarakat Jawa yang sedang memperingati keberhasilan mereka di dalam membangun desa. Setelah mereka bekerja keras di lading, sawah. Mereka menari-nari demi melepaskan kelelahan. 




Tari Sulasih

Tarian ini menceritakan tentang kisah percintaan sepasang kekasih antara Dewi Anjasmara dan Prabu Damarwulan. Mereka saling menghargai satu sama lain. Gerakan tariannya juga disesuaikan dengan kisah sepasang kasih yang sedang menjalin asmara. Sehingga gerakan yang anggun dan mempesona terlihat di setiap gerakan tarian. 




Tari Sontoloyo

Tarian ini memiliki arti bahwa orang yang akan jatuh. Maksudnya adalah dulu waktu jaman Sunan Kalijaga, orang sering mengucapkan kata “sontoloyo” ketika dia ingin jatuh atau sudah jatuh. Tari ini dilakukan oleh sepasang orang cowok dan cewek. Hal ini memiliki arti bahwa orang dulu khususnya laki-laki memiliki kebiasaan untuk bermain perempuan. Sehingga untuk menghindari hal tersebut sepasang tersebut disuruh menjoget di depan umum dengan diiringi oleh musik galemalan.




Tari Samiran

Tari ini menceritakan agar manusia ingat pada Tuhannya. Samiran berasal dari kata “sami eling dateng pangeran”. Sehingga suasana dulu pada jaman Sunan Kalijaga, kebudayaan jawa dimanfaatkan sebagai pengingat orang-orang agar tidak lupa kepada “Yang Maha Kuasa”. 




Topeng Ireng

Menggambarkan suku pedalaman yang dulu sangat ganas, garang, suka memakan manusia. Mereka memiliki kepala suku yang dinobatkan sebagai pemimpin dari suku tersebut. 



Tari Soreng Bambu Runcing

Tari ini menceritakan tentang para pejuang Indonesia melawan Belanda . Hal ini terlihat para penari yang sedang memegang bamboo runcing. Mereka rakyat kecil di daerah pedesaan bersama-sama pemimpin adat Jawa sedang maju perang melawan penjajah. 




Tari Warok

Tari ini menceritakan tentang prajurit perang kerajaan yang sedang menggembara. Di sebuag tempat tertentu, mereka saling adu kekuatan pukulan. Siapa yang menang di dalam peraturan tersebut dia lah yang menang dan dianggap jagoan di kalangan para warok. 




Tari Gambyong

Tari khas Jawa Tengah yang ditarikan oleh para wanita. Tarian ini sangat indah dengan gerakan yang mempesona. Tarian ini dulu juga merupakan sembahan untuk raja di Jawa agar tahtanya tetap langgeng dan tidak ada hambatan di dalam pemerintahannya. 




Jathilan

Jathilan adalah kesenian rakyat yang menceritakan tentang prajurit kerajaan yang maju perang sebagai kesatria. Mereka menaiki kuda dan dengan senjata lengkap seperti keris dan cambuk. Kadang-kadang di dalam pertunjukan bertemu dengan “barongan”. Barongan adalah sesosok seperti hewan berkaki empat dengan kepala besar.






No comments:

Post a Comment