Tari Lengger
Awal Tari
Lengger dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga. Pada waktu itu ada Kayu Gondang yang
terhanyut di sebuah sungai di Semarang. Lalu kayu tersebut dibuat topeng untuk
menutupi mukanya. Tujuan Sunan Kalijaga menutup mukanya ialah Beliau ingin
menari demi menghimpun rakyat di seluruh Jawa agar masuk ke agama islam dan mau
meramaikan masjid Demak pada waktu itu. Sunan Kalijaga menutupi mukanya karena
takut dimarahi ayahnya. Apabila ayah Sunan Kalijaga mengetahui Sunan Kalijaga
menari, maka dia akan terkena hukuman dari ayahnya. Hal ini karena ayah Sunan
Kalijaga juga tergolong ulama yang aktif menyebarkan agama islam. Topeng yang
dibuat oleh Sunan Kalijaga bernama Topeng Tembem. Akibat dari peristiwa tersebut
ada nyanyian lagu dengan lirik “Gondang Keli Semarangan Rama…, Ayo padha
persatuan…”. Lirik ini memmiliki arti bahwa seluruh rakyat di tanah Jawa
disuruh bersatu dan guyub rukun. Setelah topeng Sunan Kalijaga dibuka, ternyata
sosok di belakang topeng tersebut adalah Sunan Kalijaga.
Orang-orang
yang melihat kejadian itu terkejut dan secara spontan orang-orang “sembah
sungkem” kepada Kanjeng Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mengajak orang-orang
yang melihat dirinya menari secara sepontan juga mengajak mereka untuk masuk ke
serambi masjid Demak pada waktu itu. Tari
Lengger pada mulanya merupakan sarana Sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama
Islam. “Lengger” sendiri memiliki arti
“Elinga Ngger” atau “Ingatlah Nak”. Sehingga tarian ini dimaksudkan agar orang-orang
selalu ingat kepada Tuhan yang telah memberi kenikmatan kepada umat manusia. Gerakan
dan gamelan saling bersesuaian dengan iringan lagu-lagu Jawa langgam
Campusari. Sehingga kalaborasinya sangat
pas dan indah dilihat.
Tari Bangun Desa
Pada jaman dulu Belanda menjajah
Indonesia. Pada waktu itu memberikan dampak yang sangat luar biasa pada
kehidupan desa. Orang-orang desa hidup miskin dan serba kekurangan. Akan tetapi
mereka memiliki kelebihan semangat untuk membangun desanya kembali. Pertanian mereka
dikerjakan kembali bagi mereka yang berprofesi sebagai petani. Hal ini karena
orang Jawa memiliki prinsip “Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe”. Tari ini
menceritakan masyarakat Jawa yang sedang memperingati keberhasilan mereka di
dalam membangun desa. Setelah mereka bekerja keras di lading, sawah. Mereka
menari-nari demi melepaskan kelelahan.
Tari Sulasih
Tarian ini menceritakan tentang
kisah percintaan sepasang kekasih antara Dewi Anjasmara dan Prabu Damarwulan.
Mereka saling menghargai satu sama lain. Gerakan tariannya juga disesuaikan
dengan kisah sepasang kasih yang sedang menjalin asmara. Sehingga gerakan yang
anggun dan mempesona terlihat di setiap gerakan tarian.
Tari Sontoloyo
Tarian ini memiliki arti bahwa
orang yang akan jatuh. Maksudnya adalah dulu waktu jaman Sunan Kalijaga, orang
sering mengucapkan kata “sontoloyo” ketika dia ingin jatuh atau sudah jatuh. Tari
ini dilakukan oleh sepasang orang cowok dan cewek. Hal ini memiliki arti bahwa
orang dulu khususnya laki-laki memiliki kebiasaan untuk bermain perempuan.
Sehingga untuk menghindari hal tersebut sepasang tersebut disuruh menjoget di
depan umum dengan diiringi oleh musik galemalan.
Tari Samiran
Topeng Ireng
Menggambarkan suku pedalaman yang
dulu sangat ganas, garang, suka memakan manusia. Mereka memiliki kepala suku
yang dinobatkan sebagai pemimpin dari suku tersebut.
Tari Soreng Bambu
Runcing
Tari ini menceritakan tentang para
pejuang Indonesia melawan Belanda . Hal ini terlihat para penari yang sedang
memegang bamboo runcing. Mereka rakyat kecil di daerah pedesaan bersama-sama
pemimpin adat Jawa sedang maju perang melawan penjajah.
Tari Warok
Tari ini
menceritakan tentang prajurit perang kerajaan yang sedang menggembara. Di
sebuag tempat tertentu, mereka saling adu kekuatan pukulan. Siapa yang menang
di dalam peraturan tersebut dia lah yang menang dan dianggap jagoan di kalangan
para warok.
Tari Gambyong
Tari khas Jawa
Tengah yang ditarikan oleh para wanita. Tarian ini sangat indah dengan gerakan
yang mempesona. Tarian ini dulu juga merupakan sembahan untuk raja di Jawa agar
tahtanya tetap langgeng dan tidak ada hambatan di dalam pemerintahannya.
Jathilan
Jathilan
adalah kesenian rakyat yang menceritakan tentang prajurit kerajaan yang maju
perang sebagai kesatria. Mereka menaiki kuda dan dengan senjata lengkap seperti
keris dan cambuk. Kadang-kadang di dalam pertunjukan bertemu dengan “barongan”.
Barongan adalah sesosok seperti hewan berkaki empat dengan kepala besar.